Selasa, 16 Juli 2013

pengembangan media pembelajaran

Materi Tentang Pengembangan Media Pembelajaran
Dalam tugas ini ada beberapa yang dibahas dalam pengembangan media pembelajaran yaitu:
A. Teori Perkembangan Piaget
Menurut  Piaget  (Suparno,  1997:34),  skema  berkembang  seturut  dengan
perkembangan  intelektual.  Piaget  membedakan  empat  taraf  perkembangan  kognitif
seseorang, yaitu: (1) taraf sensori-motor, (2) taraf pra-operasional, (3) taraf operasional
konkret,  dan  (4)  taraf  operasional  formal.  Taraf  sensori-motor  berkembang  pada  anak
sejak  lahir sampai  sekitar umur 2 tahun. Pada taraf  ini,  anak belum dapat berpikir  dan
menggambarkan suatu kejadian atau objek secara konseptual, meskipun perkembangan
kognitif sudah mulai ada, yaitu dibentuknya skema/skemata. Pada taraf pra-operasional,
yang  berkembang  pada  umur  2-7  tahun,  mulailah  berkembang  kemampuan  berbahasa
dan  beberapa  bentuk  pengungkapan.  Pada  taraf  ini,  penalaran  pralogika  juga  mulai
berkembang.  Pada  umur  7-11  tahun  yang  disebut  taraf  operasioanal  konkret,  anak
mengembangkan kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam berhadapan dengan
persoalan-persoalan  konkret.  Pada  taraf  operasional  formal  (11-15  tahun),  anak  sudah
mengembangkan pemikiran abstrak dan penalaran logis untuk berbagai persoalan. Pada
keempat taraf perkembangan kognitif di atas, skema seseorang berkembang.
B. Media Pembelajaran
Secara  umum,  media  dapat  diartikan  sebagai  apa  saja  yang  dapat  menyalurkan informasi  dari  sumber  informasi  ke  penerima  informasi.  Media  merupakan  salah  satu komponen  dalam  proses  komunikasi.  Komponen-komponen  dimaksud  adalah  sumber informasi,  informasi,  dan  penerima  informasi,  serta  komponen  keempat  adalah  media. Apabila salah satu dari keempat komponen ini tidak ada, maka proses komunikasi tidak mungkin  terjadi.  Dengan  demikian,  media  hanya  akan  bermakna  apabila  ketiga komponen lainnya ada.
Pengertian  media  pembelajaran  tidak  jauh  berbeda  dengan  pengertian  media dalam  proses  komunikasi.  Menurut  Schramm  (Prastati,  2001),  media  pembelajaran dapat diartikan sebagai teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk  keperluan  pembelajaran.  Sedangkan  menurut  Briggs  (Prastati,  2001)  media pembelajaran  diartikan  sebagai  sarana  untuk  menyampaikan  isi/materipembelajaran.
Sarana  dimaksud  dapat  berupa  perangkat  keras  maupun  perangkat  lunak.  Sarana pembelajaran  yang    berupa  perangkat  keras antara  lain  adalah  papan  tulis,  penggaris, jangka,  timbangan,  dan  kartu  permainan  bilangan.  Sedangkan  contoh  sarana  yang dikategorikan sebagai perangkat lunak antara lain adalah lembar kegiatan siswa (LKS), lembar tugas, petunjuk permainan matematika, dan program-program komputer. Secara umum,  media  pembelajaran  dapat  diklasifikasikan  menjadi  dua  bagian,  yaitu  alat-alat produk  teknologi  yang  digunakan  untuk  menampilkan  pesan/informasi  yang  disebut perangkat keras (hardware) seperti OHP, televisi, cassete recorder, dan program/pesan yang ditampilkan melalui alat tersebut yang disebut perangkat lunak (software), seperti slide, film, video cassete.  Bletz  (1971)  membagi  media  pembelajaran  menjadi  tiga  macam,  yaitu  media yang  dapat  didengar,  media  yang  dapat  dilihat,  dan  media  yang  dapat  bergerak.  Dari ketiga  macam  media  pembelajaran  tersebut  yang  paling  lengkap  adalah  audio-visual gerak  (ada  gambar,  suara,  dan  gerak).  Sedangkan Schramm  (1977)  membagi  media menurut banyaknya audiens yang dilayani sebagai berikut.
a.  Media untuk audiens besar, seperti televisi, radio, dan internet.
b.  Media untuk audiens kecil, seperti film suara, film bisu, video tape, slide, radio, audiotape, audiodisc, foto, papan tulis, chart, dan OHP.
c.  Media  untuk  individu,  seperti  media  cetak  (hand-out),  dan computer  assisted instruction (CAI)
Media  pembelajaran  dapat  berfungsi  sebagai  alat  bantu  visual  dalam  kegiatan pembelajaran,  yaitu  berupa  sarana  yang  dapat memberikan  pengalaman  visual  kepada sumber informasi, penerima informasi
Menurut  Basuki  Wibawa  dan  Farida  Mukti  (1993:  8-9),  media  pembelajaran dapat difungsikan sebagai berikut.
1.  Sebagai alat bantu mengajar (dependent media)
Efektivitas  penggunaan  media  tergantung  cara  dan  kemampuan  guru  dalam menggunakan, misalnya gambar, dan transparansi.
2.  Sebagai media belajar mandiri (independent media) Media  dirancang,  dikembangkan,  dan  diproduksi  secara  sistematik,  serta dapat  menyalurkan  informasi  secara  terarah  untuk  mencapai  tujuan  tertentu, misalnya:  radio,  televisi,  film,  dan  video.  Keuntungan  model  ini  yaitu  guru dapat  memberikan  waktu  banyak  bagi  siswa  yang  benar-benar membutuhkan,  siswa  menjadi  aktif,  siswa  dapat  belajar  sesuai kecepatan masing–masing
C. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (1989:414). Dan lebih dijelaskan lagi dalam Kamus umum Bahasa Indonesia karya WJS Poewadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah, berubah, sempurna (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) (2002:473). Kegiatan pengembangan meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang dianggap memadahi.
1.    Perencanaan Media Pembelajaran
Apabila kita akan membuat media pembelajaran, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan, kita perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut (Arief S.Sadiman, 2005 :100) : menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa, merumuskan kompetensi dan indikator hasil belajar, merumuskan butir-butir materi secaa terperinci yang mendukung tercapainya kompetensi, mengembangkan alat pengkur keberhasilan, menulis naskah media, mengadakan tes dan revisi.
a.       Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam poses pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
Untuk mengetahui kemampuan, keterampilan, atau sikap yang diinginkan siswa, dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1)      Dengan melihat tuntutan kebutuhan yang ada di masyarakat
2)      Dengan melihat apa yang dirumuskan dalam kurikulum
Untuk membuat media, kita harus menentukan dengan pasti dan jelas siapa siswa kita. Bila kita telah menemukan siswa yang menjadi sasaran media yang sedang kita susun, kita harus meneliti karakteristik apa yang dimiliki oleh siswa kita itu.
Sebagai perancang media kita harus dapat mengetahui pengtahuan atau keterampilan awal siswa. Suatu media akan dianggap terlal mudah bagi sisa bila siswa tersebut telah memilikisebagian besar pengetahuan/ keterampilan yang disajikan oleh media itu. Dan sebaliknya, media akan dipandang sulit bagi siswa bila siswa belum memilikipengetahan/ keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum menggunakan media itu. Pengetahuan prasyarat ialah pengetahuan/ keterampilan yang harus telah dimiliki siswa sebelum menggunakan media itu.
b.      Perumusan Kompetensi dan Indikator Hasil Belajar
Kompetensi sering diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap nilai yang terwujud dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seorang peserta didik disebut kompeten jika secara konsisten mampu nmenampilkan/ menunjukkan kemampuan yang spesifik yang dapat diamati (Nassar, 2006:1). Dalam kurikulm berbasis kompetensi, rumusan kompetensi berjejang dari:
1)      Standar Kompetensi
Yaitu kompetensi atau kemampuan yang distandarkan untuk jenjang, kelas, dan semester tertentu.
2)      Kompetensi Dasar
Yaitu kemampuan-kemampuan pokok yang membentuk kompetensi atau yang tercakup dalam kompetensi yang distandarkan tesebut. Kompetensi dasar ini merupakan penjabaran lebih rinci dari standar kompetensi.
3)      Indikator
Merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oeh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pegetahuan, dan keterampilan. Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
(a)    Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam kompetensi dasar
(b)   Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah
(c)    Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah
Selain itu, indikator harus dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal, yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Indikator berfungsi sebagai berikut ( Dirjend Manajemen Dikdasmen Depdiknas, 2008:3-4) :
1)   Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,potensi, dan kebutuhan peserta didik,sekolah,dan lingkungan.
2)   Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran
Indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi.
3)   Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar
Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
4)   Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian
Ancangan penilaian memeberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis nilai, serta pengembangan indikator penilaian.
Perumusan indikator dilakukan oleh guru atau pengembang media dengan mengacu kepada rumusan SKKD yang ada.Mekanisne pengfembangan indikator ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut (Drijend Manajemen Dikdasmen Depdiknas, 2008: 5):
1)   Menganalisis tingkat kompetensi dalam standar kompetensi dan kompetensi Dasar (SKKD). Untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional.
2)   Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran acuan mengembangkan indikator. Pengembangan indikator juga memerlukan informasi karaktristik peserta didik yang unik dan beragam. Pesera didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proposional.
3)   Menganalisis kebutuhan dan potensi. Peserta didik dapat mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah dimasa akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.
Guru atau pengembang media perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut (Drijend Manajemen Dikdasmen Depdiknas, 2008: 9):
1)   Setiap KD dikembangakn sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2)   Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD.
3)   Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hierarki kompetensi.
4)   Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu : tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
5)   Indikator harus dapat mengakomodasi karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
6)   Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c.. pengembangan materi pelajaran
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1)   Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
2)   Konsep yaitu segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran.
3)   Prinsip yaitu berupa hal-hal utama,pokok,  dan memiliki posisi terpenting.
4)   Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu system.
5)   Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menemukan materi pembalajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi) dan kecukupan (adequacy).
Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Sedangkan Adequancy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.
Penentuan materi pembelajaran dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan,karena setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
2)   Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi pembelajaran dengan tingkatan aktivitas/ranah pembelajarannya.
Materi yang dibelajarkan perlu diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan dibelajarkan, maka guru mendapatkan ketepatan dalam metode pembelajarannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, metode, media dan sistem evaluasi yang berbeda-beda.
Berikut adalah pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pelajaran’
a)      Apakah kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama obejek simbol atau suatuperistiwa ?jika iya berarti materi yang harus diajarkan adalah fakta.
b)       Apakah kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menulis ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokan objek sesuai dengan definisi? Jika iya maka materi yang harus diajarkan adalah konsep.
c)      Apakah kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut ? bila iya maka materi yang diajarkan adalah prosedur.
d)     Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan antara beberapa konsep , atau menerapkan hubungan antara beberapa konsep? Jika ya berarti materi yang harus digunakan adalah rinsip.
e)      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih membuat atau membuat berdasarkan pertimbangan baik buruk, suka tidak suka indah tidak indah? Jika ya maka materi yang di berikan adalah aspek sikap atau nilai.
d. Perumusan alat pengukur keberhasilan
     Perumusan alat pengukur keberhasilan bisa berupa tes yang dapat mengukur tercapainya kopetensi dan indikator suatu pelajaran, alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu di rancang dan di kembangkan sebelum naskah program media di tulis atau sebelum proses belajar mengajar terjadi. Alat ini dikembangkan sesuai dengan kopetensi dan indikator yang di capai dan pokok-pokok materi yang akan disajikan pada siswa.
e. Penulisan naskah
 Dalam tahap ini materi yang perlu diuraikan lanjut. Supaya dapat disampaikan maka perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kan kita sebut naskah program media. Naskah ini menuntun kita dalam membuat bahan membuat presentasi untuk media visual atau merekam suara untuk media audio visual. Sebelum naskah ditulis kita harus membuat tratmennya terlebih dahulu. Tratment adalah uraian bentuk esay yang mengambarkan alur penyajian program kita. Media audio adalah sebuah media yang hannya ,engandalakan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan, media ini sangat efektif untuk mengembangkan daya imajinasi siswa. Media audio meliputi radio , kaset , lab bahasa dll. Berikut beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti apabila kita menulis program audio:
a)    Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam media audio adalah bahsa percakapan bukan bahasa tulis. Kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal. Gunakan kalimat yang pendek Sedapat mungkin hindari kata-kata yang sulit. Sesuaikan bahasa dengan bahasa yang sehari-hari kita pakai
b) Musik dalam program audio
Sesuai penjelasan sebelumnya, program audio hanya mengandalkan bunyi dan suara saja. Agar pendengar tidak bosan mendengar program kita dan program kita tidak terasa kering, kita perlu menggunakan music dalam program kita. Fungsi music yang utama dalam hal ini ialah menciptakan suasana. Karena itu, music perlu dipilih dengan hati-hati. Bila program bersuasana gembira, misalnya diiringi oleh music yang bersuasana sedih, tentu akan terasa sangat janggal.
D. Contoh Pengembangan Media Pembelajaran Pada Pembelajaran Matematika
Berikut  diberikan  contoh  pembelajaran  matematika,  pada  topik  bilangan,  yang bertujuan untuk  mengembangkan  kemampuan  intuisi  anak,  melalui  permainan  tebak angka.  Mintalah  siswa  untuk  memikirkan  suatu  bilangan.  Berikan  pertanyaan-pertanyaan  selidik  untuk  menebak  bilangan  yang  dipikirkan  anak  tersebut,  seperti berikut ini.
Guru : Coba pikirkan suatu bilangan.
Anal : ya (anak memikirkan suatu bilangan)
Guru : Apakah bilangan itu lebih besar dari 25?
Siswa : Tidak...
Guru : Apakah bilangan itu terletak antara 10 dan 20?
Siswa : ya
Guru : Apakah bilangan itu genap?
Siswa : ya
Dan seterusnya, hingga guru dapat menebak bilangan yang dipikirkan anak.  Setelah  guru  dapat  menebak  bilangan  yang  dipikirkan  oleh  anak,  selanjutnya siswa diminta untuk menebak suatu bilangan  yang dipikirkan guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan selidik serupa. Guru  dapat  juga  menggunakan  media  pembelajaran,  seperti  gambar  berikut  ini, untuk  membelajarkan  matematika.  Siswa  diminta  untuk  menjelaskan  alasan jawabannya.
Untuk membelajarkan konsep perkalian, kepada siswa dapat dihadirkan beberapa benda  real  yang  tersusun  menurut  aturan  tertentu,  misalnya  satu  ‘kotak’  teh  botol (berisi 24 botol) yang tersusun empat-empat.
Melalui aktivitas diskusi  kelompok, siswa diminta untuk menghitung banyaknya gelas  dalam  kotak  tersebut.  Kemungkinan  besar  siswa  akan  menjawab  24,  meskipun dengan  cara-cara  yang  mungkin  berbeda.  Siswa  diminta  untuk  menjelaskan  cara mereka menjawab. Guru dapat menanyakan kepada siswa bagaimana cara menghitung gelas-gelas  tersebut  dengan  cepat  (tanpa  menghitung  satu-persatu).  Beberapa kemungkinan jawaban siswa adalah:
·         Siswa  menghitung  satu  persatu  semua  gelas  yang  ada  sehingga  diperoleh  hasil Siswa memperhatikan pola susunan gelas dan menjawab sebagai berikut. Karena ‘empatnya  ada  enam’,  maka  banyaknya  semuan  gelas  adalah  4+4+4+4+4+4 yang sama dengan 24 atau karena ‘enamnya ada empat, maka banyaknya semua gelas adalah 6+6+6+6 yang sama dengan 24 juga.
·         Siswa langsung mengalikan: 6 x 4 = 24.

·         dan lain sebagainya.

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort reopening phases - JTHub
    The Harrah's 용인 출장샵 Cherokee Casino 강릉 출장안마 Resort in Cherokee, North Carolina has reopened after a 시흥 출장안마 15-day closure and 경기도 출장샵 is now open 계룡 출장샵 for in-person casino gaming and

    BalasHapus